PLTU Batu Bara Menggila: Transisi Energi Terancam Gagal Total?

Table of Contents
PLTU Batu Bara Menggila

Jakarta, 21 Februari 2025 - Lembaga Coal Plant Tracker GEM menyoroti tantangan signifikan dalam program transisi energi global, terutama terkait komitmen internasional untuk menghentikan operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara.

Laporan terbaru dari GEM mengungkapkan bahwa rencana penghentian PLTU masih jauh dari harapan. Bahkan, terdapat kelebihan kapasitas sebesar 25,2 GW dari target yang ditetapkan. Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, dilaporkan menunda penutupan pembangkit-pembangkit tua mereka.

Dody Setiawan, Analis Senior Iklim dan Energi untuk Indonesia, menekankan pentingnya Indonesia mengurangi emisi dari industri smelter melalui pemanfaatan energi terbarukan. Hal ini sejalan dengan target Indonesia untuk menghentikan penggunaan batu bara pada tahun 2040.

Meskipun energi terbarukan mengalami pertumbuhan pesat sebesar 585 GW pada tahun 2024, meningkat 15% dari tahun sebelumnya dan mencakup 92,5% dari penambahan kapasitas global, tantangan tetap ada. Energi terbarukan perlu tumbuh 16,6% per tahun untuk mencapai target penggandaan kapasitas pada tahun 2030.

Ironisnya, Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) justru memproyeksikan peningkatan kapasitas PLTU batu bara sebesar 62,7%, mencapai puncaknya pada tahun 2037. Menurut Dody, RUKN saat ini masih memasukkan penambahan 26,8 GW PLTU dalam tujuh tahun mendatang.

Christine Shearer, Peneliti Coal Plant Tracker GEM, menyoroti bahwa pembangunan PLTU baru di Cina mencapai rekor tertinggi dalam satu dekade terakhir. Meskipun berjanji untuk mengendalikan kapasitas batu bara baru, Cina menambahkan 30,5 GW PLTU baru pada tahun lalu, lebih dari 70% dari total global. Angka ini memang lebih rendah dari 47,4 GW yang ditambahkan pada tahun 2023.

Shearer menambahkan bahwa penundaan penghentian operasi PLTU sering terjadi di negara-negara yang belum mengembangkan energi bersih yang cukup untuk menggantikan kapasitas yang ada.

Dody Setiawan juga mengingatkan bahwa memproduksi material untuk teknologi hijau dengan sumber energi beremisi tinggi bukanlah pilihan yang ideal. Transisi energi yang efektif memerlukan komitmen penuh untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil di semua sektor.

Post a Comment

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia
IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia